Kamis, 06 November 2008

Yang penting Mati


Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imron atau sapaan akrab mereka adalah Amrozi Cs. Nama yang belakangan menjadi headline berbagai media di Indonesia terkait eksekusi mati yang akan di laksanakan terhadap ketiga orang tersebut.

Tiga dalang Bom Bali I di Paddy's Pub dan Sari Club tertanggal 12 Oktober 2002, dengan jumlah korban 411 orang (202 tewas dan 209 lainnya luka-luka). Biadab dan tidak ber pri-kemanusiaan!! Hanya kata-kata itu yang pantas ditujukan kepada pelaku, perancang dan beserta komplotan karena apa yang mereka lakukan, tetaplah salah walau di pandang dari sudut manapun.

Dampak langsung yang ditimbulkan dari tragedi tersebut tidak hanya jatuhnya sektor pariwisata Bali karena Travel Warning yang di keluarkan pihak asing, terlebih Australia yang mendominasi korban. Tapi juga jatuhnya harkat martabat bangsa di mata dunia dan tingkat kepercayaan terhadap Indonesia yang menurun secara tidak langsung.

Mereka mengemukakan alasan jihad sebagai dasar pengeboman tersebut. Mendengar alasan tersebut, pro dan kontra bermunculan dimana-mana. Banyak yang menentang, tapi tak sedikit pula yang mendukung. Veteran perang Afghanistan tersebut, mungkin menganggap Indonesia medan perang yang baru, tetapi sayangnya di negeri ini, terdapat banyak saudara-saudara mereka sendiri yang menjadi korban. Negara ini adalah negara majemuk, walaupun ajaran agama berbeda-beda, tapi menurut saya, garis besar ajaran semua agama adalah sama, tidak ada yang menganjurkan untuk berbuat Jahat.

6 Tahun lebih sudah berlalu tragedi tersebut, pelaku sudah diketahui, ditangkap kemudian di vonis sebelum tahun 2003 berakhir. Ke tiganya di vonis bersalah dan di jatuhi sangsi hukuman mati. Namun sampai saat ini eksekusi belum juga dilaksanakan. Eksekusi yang tertunda-tunda ini tidak beralasan. Berbagai tekanan datang dari dalam dan luar negeri untuk segera melakukan eksekusi dan di satu sisi untuk membatalkan putusan hukuman mati tersebut.

Persiapan aparat menjelang detik-detik eksekusi banyak membuat berbagai kalangan tertawa, aparat seperti bersiap-siap menghadapi perang dunia ke III. Dampak yang dirasakan, bisa sampai ke Jakarta walau rencananya Eksekusi akan dilaksanakan di Nusa Kambangan, Cilacap. Sikap Paranoid aparat tersebut juga membuat berbagai kalangan bertanya, apakah setakut itukah negara Kesatuan nan besar ini terhadap gerakan Terorisme atau separatis? Selemah itukah Indonesia sekarang? Saya hanya ingin berujar, Mati adalah harga yang pantas bagi mereka bertiga. Pancung? Tembak? Gantung? Terserah, yang penting Mati.

1 komentar:

joan of arc mengatakan...

aduh...aduh.....

blom ada yang komen.....

oke guw komen dah...ahahahah......


komen apa y.....

klo menurut gw sih ndik biarin ajh tw......
jangan kasih mati....secara kita nga taw juga meraka bener apa salah......ahahahh.......
kita nga punya hak untuk menilai benar apa salah....biar ajah taro ditengah laut pke rakit.....

klo hidup n selamat bearti dy g salah n yg kuasa pengen dy hidup....

klo mati...y emang bgitu...hha....