Rabu, 26 November 2008

Liverpool FC


Liverpool FC, salah satu klub terbesar di dunia yang bermarkas di Kota Liverpool ini, sampai saat ini masih menjadi klub paling spektakuler di dataran britania dengan total raihan trophy sebanyak 82 trophy baik dari First Team, Reserves sampai Youth Team. Dari First Team atau tim utama, raihan tersebut antara lain: 18 kali juara EPL, 15 kali merengkuh Charity Shield, 7 kali juara FA dan piala Liga, 5 kali juara UEFA champions League, 4 kali menjadi jawara divisi II English Premiere League, 3 kali juara piala UEFA, Piala Super Eropa dan, Carlsberg championship, serta 1 kali menjadi kampiun dalam ajang Lancashire League Winners dan Super League. Pencapaian dari Reserves Team sendiri mencakup 16 kali menjadi juara Divisi I. Dan satu Trophy lainnya di persembahkan dari ajang FA Youth Cup. Berikut adalah para pemain yang masuk dalam rekor klub:
  1. Gol terbanyak di tim utama: Ian Rush (346)
  2. Gol terbanyak di Liga: Roger Hunt (245)
  3. Gol terbanyak di Piala FA: Ian Rush (39)
  4. Gol terbanyak di Piala Liga: Ian Rush (48)
  5. Gol terbanyak di Eropa: Michael Owen (22)
  6. Pencetak tiga-gol (hat-tricks) terbanyak: Gordon Hodgson (17)
  7. Pencetak tiga-gol terbanyak dalam satu musim: Roger Hunt (5, musim 1961-62)
  8. Pencetak gol termuda: Michael Owen, 17 tahun & 144 hari, Vs Wimbledon (T) 6 Mei 1997
  9. Pencetak gol tertua: Billy Liddell, 38 tahun & 55 Hari, Vs Stoke City (K) 5 Maret 1960
Loyalitas Liverpudlian

Bermarkas di stadion Anfield yang berkapasitas kurang lebih 45.362, yang hampir di setiap minggunya selalu di padati para Liverpudlian (sebutan bagi pendukung Liverpool), selalu menghadirkan kesan mengerikan bagi setiap klub yang bertandang karena tak akan berhentinya Liverpudlian menyerukan chants-chants kebesaran Liverpool seperti You"ll Never Walk Alone. Sampai-sampai mantan bintang sekaligus mantan skipper Arsenal, Tierry Henry berucap "Pendukung Liverpool sungguh luar biasa. Perasaan terhebatku adalah ketika bertanding di Anfield. Sungguh luar biasa. Aku sungguh menyenanginya. Kau akan merinding ketika riuh suporter Liverpool melantunkan You’ll Never Walk Alone"

Namun dukungan dari Liverpudlian tak hanya bergema saat Liverpool memainkan partai kandang mereka, tetapi di setiap The Anfield Gang bertanding. Salah satu drama yang sangat menunjukkan kesetiaan para Liverpudlian terhadap klub tercinta adalah saat Liverpool menjamu raksasa Italia, AC Milan di partai puncak UCL season 2004-2005, yang saya ingat adalah Liverpool sudah habis saat Milan leading 3 gol tanpa balas pada babak I, namun para Liverpudlian tidak berhenti bernyanyi dan memberi dukungan sampai akhirnya Liverpool keluar sebagai pemenang. Berikut dua legenda hidup sepakbola dunia yang menjadi saksi mata kesetiaan para Liverpudlian

Johan Cruyff (Netherland):
“Tak satu pun klub di Eropa yang memiliki lagu kebesaran seperti You’ll Never Walk Alone. Tak satu pun klub di dunia yang begitu menyatu dengan pendukungnya. Aku berada di sana menyaksikan pendukung Liverpool. Mereka membuat sekujur tubuhku merinding. Sejumlah 40 ribu orang menjelma menjadi satu kekuatan besar di belakang tim. Itu sesuatu yang tidak banyak klub memilikinya. Karena itu, aku mengagumi dan memuja Liverpool lebih dari apa pun.” (Final Liga Champions di Istanbul, 2005).

Diego Armando Maradona (Argentina):“Klub Inggris ini membuktikan bahwa keajaiban itu ada. Sekarang Liverpool menjadi tim-ku di Inggris. Mereka memperlihakan bahwa sepakbola merupakan olahraga paling indah di dunia. Sebelum malam final itu, suporter Liverpool bahkan ‘tak mengizinkan’-ku tidur. Ada 10 pendukung Liverpool setiap 3 pendukung Milan. Dukungan mereka tak henti-hentinya, bahkan ketika tim telah tertinggal 3-0 dari Milan. Mereka tak henti bernyanyi.” (Final Liga Champions di Istanbul, 2005).

Era Kepelatihan:

Liverpool tak lahir begitu saja dan menjadi kekuatan baru di dataran Britania dan Eropa, melainkan melalui proses panjanga yang tidak mudah. Melalui pelatih-pelatih bertangan dingin seperti di bawah inilah, Liverpool menjadi kekuatan yang diperhitungkan.

1. Sir
BILL SHANKLY (1959-1974)

Tak bisa dipungkiri bahwa era keemasan Liverpool dimulai saat Bill
Shankly mulai membesut tim ini tertanggal 1 Desember 1959, dengan melakukan perombakan radikal dalam kubu Liverpool (melepas 24 pemain sekaligus dan mendatangkan Ian St. John dan Ron Yeats dari Skotlandia, serta Roger Hunt, Ian Callaghan, dan Gerry Byrne) yang menjadikan Liverpool menjelma menjadi kekuatan menakutkan. Dalam kurun waktu tersebut, Bill Shankly diantaranya mempersembahkan Trophy Piala FA untuk pertama kalinya bagi Liverpool (1 may 1965) dengan menundukkan Ledds United di Final. Yang lebih sensasional lagi adalah Liverpool berhasil keluar sebagai kampiun EPL tahun 1966 walaupun hanya beranggotakan 14 pemain.

Kelompok Boot Room, di era Bill Shankly baru diperkenalkan. mengapa disebut Boot Room?
Di ruang ganti pemain (boot room), mereka selalu berdiskusi atau membahas berbagai hal: perkembangan pemain, metode latihan, taktik permainan, dan sebagainya, termasuk kekuatan lawan untuk pertandingan berikutnya. Anggota penting dari Boot Room sendiri adalah Bob Paisley, Joe Fagan, Ronnie Moran, dan Roy Evans (yang kesemuanya meneruskan era kepelatihan LFC).

2. BOB PAISLEY (1974-1983)

Dengan total raihan sebanyak 21 Trophy, Bob Paisley menjadi Manager dengan koleksi Trophy terbanyak sepanjang sejarah LFC. Di era kepemimpinannya lah LFC pertama kalinya dapat mengecam manisnya Trohpy Piala Eropa (Sekarang Piala Champion) setelah di final tertanggal 25 Mei 1977 bertempat di Roma, LFC mengkandaskan perlawanan Borussia Moenchengladbach dengan skor 3-1, melalui waktu tambahan.

3.JOE FAGAN (1983-1985)

Menggantikan Bob Paisley pada tahun 1983, memberikan 3 trophy bagi Liverpool yaitu Liga Divisi Satu, Piala Liga, dan Piala Eropa. Di tahun berikutnya, season 84-85, tertanggal 19 may 1985, bertempat di stadion Heysel, Belgia, Liverpool di hantarkannya ke partai puncak Piala Eropa (sekarang Piala Champions atau UCL) dan berhadapan dengan Juventus yang berkesudahan 0-1 untuk kemenangan Juventus. Dalam pertandingan tersebutlah salah satu tragedi paling memilukan sepanjang sejarah LFC pecah, dimana 39 suporter Juventus meninggal, kemudian kejadian ini di kenang sebagai Tragedi Heysel.

4.KENNY DALGLISH (1985-1991)

Sebagai pelatih yang merangkap sebagai pemain, prestasi Dalglish mungkin tak sehebat kompratiotnya. Namun, bukan berarti tanpa gelar. Tahun 1985, Dalglish membawa Liverpool memenangi Piala Liga. Piala FA juga berhasil di dulang dua kali berturut-turut dengan dua kali pula menundukkan Everton di partai puncak. Namun kemenangan kedua terhadap Everton harus di bayar mahal oleh 96 nyawaLiverpudlian yang tewas dalam stadion Hillborough yang menghindari kobaran api di salah satu tribun yang kemudian kejadian ini di kenal dengan nama Tragedi Hillborough. Mundurnya King Kenny sendiri terjadi di tahun 1991 karena gagalnya Liverpool meraih gelar Piala Liga setelah kalah agresifitas dari Arsenal.

5. GRAEME SOUNESS (1991-1994)

Dibawah kepemimpinannya, Liverpool mengalami kemunduran dengan hanya meraih satu trophy yaitu FA cup di tahun 1992. Banyak yang mengatakan kegagalannya mengembalikan kejayaan Liverpool karena di lego nya para pemain utama dan mengganti dengan pemain muda . Dia beralasan para pemain muda lebih punya determinasi. Namun di sisi lain, youth squad di kubu Liverpool berisikan materi-materi pemain berlabel calon bintang, diantaranya Michael Owen, Steve Mc Manaman yang akan menjadi pemain masa depan LFC.

6. ROY EVANS (1994-1998)

Satu raihan trophy juga di persembahkan di era Roy Evans, yaitu juara Piala Liga pada 1995. Sementara pencapaian tertinggi dalam EPL sendiri adalah peringkat 3 klasemen. Dengan mengembangkan pola defensif 5-3-2, permainan Liverpool tidak berkembang.

7. GERARD HOULLIER (1998-2004)

Adalah Gerrard Houllier yang mempersembahkan Treble Winner bagi LFC pada tahun 2001 dengan salah satu pencapaian tertingginya adalah juara piala UEFA. Secara keseluruhan, Houllier mempersembahkan 5 trophy bagi LFC. Houllier lengser dari jabatan kepelatihan LFC pada tahun 2003 setelah mempersembahkan trohpy piala Liga karena tercecer di EPL dengan minus 30 point dari peringkat teratas.

8. RAFAEL BENITEZ (2004-SEKARANG)

Di musim pertamanya sejak menjabat manager LFC, Rafa mempersembahkan trophy UCL, trophy ke lima Liverpool ini berhasil di rengkuh lewat drama yang sangat menegangkan, setelah tertinggal lebih dulu 0-3 dari AC Milan di babak pertama, Liverpool melakukan come back yang sangat tidak terduga. Berawal dari di samakannya kedudukan sampai keluar sebagai juara.

Di musim selanjutnya, Rafa juga menambah koleksi piala FA dengan mengkandaskan perlawanan West Ham 4-3 di partai final yang tak kalah dramatisnya. Piala Liga pun tak luput dari target pria berkebangsaan Spanyol ini dan berhasil di raih pada musim 2006-2007. Namun satu trophy yang belum berhasil di persembahkan senor Rafa, yaitu juara EPL. Dengan materi pemain serta semakin matangnya skuad LFC, perlahan tapi pasti, LFC mulai menunjukkan taji juga konsistensi permainan mereka, terbukti dengan apa yang mereka raih sampai hari ini (sampai saat ini masih berada di urutan ke dua klasemen sementara EPL dan menjadi klub terbaik sementara di Eropa;sumber http://www.xs4all.nl/~kassiesa/bert/uefa/data/method3/trank2009.html

Semoga musim ini, Rafa dapat memberikan jawaban atas dahaga para Liverpudlian yang sudah "berpuasa" gelar EPL sejak tahun 1990.
In Rafa, We Trust our club can bring the championship back to Anfield. Dan semoga saya tidak akan berhenti memberikan gambaran tentang Liverpool FC kepada semua Liverpudlian. Semoga sedikit ulasan saya dapat menggambarkan sedikit tentang kebesaran Liverpool FC kepada pembaca. You"ll Never Walk Alone....

Kamis, 06 November 2008

Yang penting Mati


Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imron atau sapaan akrab mereka adalah Amrozi Cs. Nama yang belakangan menjadi headline berbagai media di Indonesia terkait eksekusi mati yang akan di laksanakan terhadap ketiga orang tersebut.

Tiga dalang Bom Bali I di Paddy's Pub dan Sari Club tertanggal 12 Oktober 2002, dengan jumlah korban 411 orang (202 tewas dan 209 lainnya luka-luka). Biadab dan tidak ber pri-kemanusiaan!! Hanya kata-kata itu yang pantas ditujukan kepada pelaku, perancang dan beserta komplotan karena apa yang mereka lakukan, tetaplah salah walau di pandang dari sudut manapun.

Dampak langsung yang ditimbulkan dari tragedi tersebut tidak hanya jatuhnya sektor pariwisata Bali karena Travel Warning yang di keluarkan pihak asing, terlebih Australia yang mendominasi korban. Tapi juga jatuhnya harkat martabat bangsa di mata dunia dan tingkat kepercayaan terhadap Indonesia yang menurun secara tidak langsung.

Mereka mengemukakan alasan jihad sebagai dasar pengeboman tersebut. Mendengar alasan tersebut, pro dan kontra bermunculan dimana-mana. Banyak yang menentang, tapi tak sedikit pula yang mendukung. Veteran perang Afghanistan tersebut, mungkin menganggap Indonesia medan perang yang baru, tetapi sayangnya di negeri ini, terdapat banyak saudara-saudara mereka sendiri yang menjadi korban. Negara ini adalah negara majemuk, walaupun ajaran agama berbeda-beda, tapi menurut saya, garis besar ajaran semua agama adalah sama, tidak ada yang menganjurkan untuk berbuat Jahat.

6 Tahun lebih sudah berlalu tragedi tersebut, pelaku sudah diketahui, ditangkap kemudian di vonis sebelum tahun 2003 berakhir. Ke tiganya di vonis bersalah dan di jatuhi sangsi hukuman mati. Namun sampai saat ini eksekusi belum juga dilaksanakan. Eksekusi yang tertunda-tunda ini tidak beralasan. Berbagai tekanan datang dari dalam dan luar negeri untuk segera melakukan eksekusi dan di satu sisi untuk membatalkan putusan hukuman mati tersebut.

Persiapan aparat menjelang detik-detik eksekusi banyak membuat berbagai kalangan tertawa, aparat seperti bersiap-siap menghadapi perang dunia ke III. Dampak yang dirasakan, bisa sampai ke Jakarta walau rencananya Eksekusi akan dilaksanakan di Nusa Kambangan, Cilacap. Sikap Paranoid aparat tersebut juga membuat berbagai kalangan bertanya, apakah setakut itukah negara Kesatuan nan besar ini terhadap gerakan Terorisme atau separatis? Selemah itukah Indonesia sekarang? Saya hanya ingin berujar, Mati adalah harga yang pantas bagi mereka bertiga. Pancung? Tembak? Gantung? Terserah, yang penting Mati.